Acep Zamzam Noor
Pohon-pohon terpancang menahan atap langit
Langit penyair yang biru
Sungai-sungai bermuara pada kita, pada kesabaran
Tak ada kemarau bagi perasaan yang tulus
Matahari hanya menghangatkan kemesraan pagi
Kemesraan kita mencumbu bumi
Bumi penyair yang lapang
Sawah-sawah seperti menyajikan puisi
Padi-padi digayuti lagu
Sebagai rumah dan sekaligus tanah air
Kita menabur benih dan menyiram kata-kata
Kebun-kebun menghijaukan hati dan niat baik
Hujan dicurahkan dari langit
Rumput-rumput tumbuh di atas ranjang
Menghamparkan kasur empuk dan selimut tebal
Kasur persetubuhan kita dengan alam semesta
Birahi diperas menjadi ungkapan indah
Anak-anak lahir menjelma puisi