Share |

Puisi 63

Acep Zamzam Noor

CORSO GARIBALDI 138, PERUGIA


Pergantian siang dan malam
Pertukaran musim demi musim
Seperti sebuah cermin besar
Yang menelanjangiku. Aku hanya bergeser
Dari teriakan ke teriakan
Dari kebisuan ke kebisuan. Langit yang kelabu
Pendaran lampu-lampu di atas kota
Seakan tertuju pada kesendirianku
Di antara kanvas-kanvas kosong, sajak-sajak cengeng
Selimut kusut dan tumpukan pakaian kotor --
Sebenarnya cukup tebal mantel yang membungkusku
(Begitu juga anggur yang mengaliri tenggorokanku)
Tapi kesepian tak bisa disembunyikan

Chairil, kamar ini mengingatkanku padamu
Sebuah kotak segi empat
(Tentu saja tanpa kulkas dan televisi)
Sepanjang malam kudengar dengus gedung-gedung
Terengah seperti air sungai memanjati bukit
Sisa cahaya di langit dipadamkan kabut tebal
Tinggallah gumpalan-gumpalan gelap yang kehijauan
Seperti tumpukan batu-batu. Darahku teramat dingin
Tak bisa meraba terang atau gelap lagi
Tapi pikiranmu tiba-tiba hadir dan berserakan di sini
Seperti anggur yang pecah botolnya -
Kesepian melukai tenggorokanku

Pergantian musim demi musim
Kaset-kaset lama yang menjengkelkan
Kanvas-kanvas tetap kosong
Kopor, sepatu, celana dalam dan buku-buku
Bertumpuk. Aku hanya bergeser dari teriakan ke teriakan
Dari kebisuan ke kebisuan. Orang-orang lewat
Koran-koran tak terbaca. Siang dan malam terus berputar
Seluruh langit menjadi cermin yang bergoyang
Dan aku di antara gambar-gambar telanjang
Sendiri. Kamar ini mengingatkanku padamu –
Sebuah dunia tanpa pintu dan jendela

***
Prev Next Next