Acep Zamzam Noor
Pada secarik kertas, yang tergantung bimbang
Di rangkaian kembang. “Aku merindukanmu
Seperti merindukan Inne Ratu, dulu
Ketika seluruh langit masih biru"
Lampu redup sekitar pos ronda, dan sebuah beringin tua
Runtuh di halaman TK. Lelaki itu memandang ke mulut gang
Ke deretan rumah dan madrasah, hingga sebuah kelokan
Yang telah menyembunyikan seseorang
Terus bergema di rongga dada, memukul-mukul iga
Di antara batuk dan asma. “Aku mencintaimu
Seperti mencintai Inne Ratu, dulu
Ketika merasa tak ada masalah dengan waktu”
Banyak lapangan, banyak permainan, tapi selalu berujung
Pada kalah dan menang. Kemudian lelaki itu berjalan, sendiri
Ke arah stadion, melewati jalan yang remang
Ia bermain sepakbola melawan sepi