Acep Zamzam Noor
Di antara kata-kata liar
Buruanku. Sebuah lonceng besar
Melayang-layang di udara
Sedang di jalan-jalan sempit
Kudengar ambulan-ambulan mengerang
Lalu ingatanku melompati sebuah menara
Yang menjulang. Gedung-gedung gemetar
Kanal-kanal menggigil
Perahu-perahu merapatkan diri
Ke teras sebuah kastil:
Kebisuan adalah bahasa lain
Seperti juga puing-puing
Atau kincir angin
Pada musim terakhir
Kusebar harum gandum sepanjang kaki
Kupilih anggur ketimbang mendung atau gerimis
Sebuah
Tapi tidak menangis. Aku membaca rajah
Menggumamkan mantera-mantera
Yang terpahat pada retakan-retakan tanah
Kudengar suara lonceng masih melayang-layang
Di udara. Sedang di ranting-ranting linden
Juga di pokok-pokok hitam pinus tua
Angin seperti kehilangan desirnya
Dalam gerak waktu. Sebuah isyarat luka
Bayang-bayang yang menjatuhkan diri
Di atas reruntuhan senja