Acep Zamzam Noor
Pohon-pohon bakau, pasir yang kotor
Lunas perahu, dayung patah serta layar
Yang masih digulung. Kutebak warna senja
Debur ombak seperti memahat ketebalan udara
Dengan kata-kata yang kutemukan
Pada bekas sayatan pisau
Di lenganmu. Sebuah ledakan
Telah memecahkan urat darahmu
Kulihat kau mengerang di pantai
Dengan wajah ungu
Serta rambut tergerai
Kabut keemasan menyelimuti punggungmu
Yang telanjang. Aku terus bergerak
Mencari kata-kata baru
Dari butir-butir pasir
Yang bertebaran
Di leher dan dadamu. Seperti bunyi mesiu
Alkohol membentur kepalamu
Hingga rambutmu mengepulkan asap
Dan sebagai lelaki yang tengah kerasukan
Aku melihat bayang-bayang sorga
Pada matamu yang tak pernah
Bisa dipejamkan
Dengan tarian yang tak kumengerti
Telah kususuri hutan bakau di selangkanganmu
Menyelinap di antara lorong gelap jiwamu
Dan mabuk dalam putaran angin sakal
Kegelisahanmu yang kekal. Di akhir bait ini
Di baris-baris hampir penghabisan
Kata-katamu menjelma minuman keras
Yang membuatku semakin kerasukan –
Kulihat kau masih mengerang
Dengan botol hijau, wajah ungu
Rambut panjang tergerai
Seperti hantu